Manusia tertua temuan arkeologi penduduk di kawasan tersebut digali di Anyer (pantai barat Jawa) dengan bukti budaya metalurgi perunggu dan besi dating ke milenium pertama masehi. Budaya Buni prasejarah (dekat masa kini Bekasi) tanah liat tembikar kemudian dikembangkan dengan bukti yang ditemukan di Anyer ke Cirebon. Artefak (tanggal dari 400 SM - AD 100), seperti makanan dan minuman kemasan, yang kebanyakan ditemukan sebagai hadiah pemakaman [3] Ada juga bukti arkeologi di situs Batujaya Arkeologi berasal dari abad ke-2 Dan, menurut. Dr Tony Djubiantono, Kepala Badan Arkeologi Bandung, Jiwa Temple di Batujaya, Karawang, Jawa Barat juga dibangun sekitar waktu ini.
Salah satu awal dikenal sejarah yang tercatat di Indonesia dari kerajaan Tarumanagara mantan, di mana tujuh batu abad keempat yang tertulis dalam huruf Wengi (digunakan pada periode Pallava India) dan dalam bahasa Sansekerta menggambarkan raja-raja dari Kerajaan Tarumanagara. Rekaman administrasi Tarumanegara ini berlangsung sampai abad keenam, yang bertepatan dengan serangan Sriwijaya, sebagaimana tercantum dalam Kota Kapur Prasasti (AD 686).
Kerajaan Sunda kemudian menjadi kekuatan penguasa daerah, sebagaimana dicatat di Kebon Kopi II prasasti (AD 932).
Sebuah Ulama, Sunan Gunung Jati, menetap di Banten Girang, dengan tujuan menyebarkan dunia Islam di kota pagan. Sementara itu, Kesultanan Demak di Jawa Tengah tumbuh ancaman langsung terhadap kerajaan Sunda. Untuk mempertahankan melawan ancaman, Prabu Surawisesa Jayaperkosa menandatangani perjanjian (dikenal sebagai Luso Sunda Treaty) dengan Portugis pada 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi suatu aksesi untuk membangun benteng-benteng dan gudang di daerah, serta perjanjian perdagangan dengan bentuk kerajaan. Ini perjanjian internasional pertama dari Jawa Barat dengan Eropa diperingati oleh penempatan monumen batu Padrao di tepi Sungai Ciliwung tahun 1522.
Meskipun perjanjian dengan Portugis telah ditetapkan, itu tidak bisa datang ke realisasi. Sunda Kalapa pelabuhan jatuh di bawah aliansi Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon (negara bawahan mantan Sunda kerajaan) pada tahun 1524, setelah pasukan mereka di bawah alias Paletehan Fadillah Khan telah menaklukkan kota. Pada 1524/1525, pasukan mereka di bawah Sunan Gunung Jati juga menyita pelabuhan Banten dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi dengan Kesultanan Demak. Perang antara Kerajaan Sunda dengan Demak dan Cirebon kesultanan kemudian dilanjutkan selama lima tahun sampai perjanjian perdamaian yang dibuat pada 1531 antara Raja Surawisesa dan Sunan Gunung Jati. Dari 1567-1579, di bawah Raja raja terakhir Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda menurun, pada dasarnya di bawah tekanan dari Kesultanan Banten. Setelah 1576, kerajaan tidak bisa mempertahankan ibukota di Pakuan Pajajaran (masa kini Bogor) dan secara bertahap Kesultanan Banten mengambil alih wilayah Sunda mantan kerajaan. Kesultanan Mataram dari Jawa Tengah juga menyita wilayah Priangan, bagian tenggara dari kerajaan.
Pada abad keenam belas, Belanda dan perusahaan perdagangan Inggris didirikan perdagangan mereka kapal di Jawa Barat setelah Falldown dari Kesultanan Banten. Selama tiga ratus tahun berikutnya, Jawa Barat jatuh di bawah pemerintahan Hindia Belanda '. Jawa Barat secara resmi dinyatakan sebagai provinsi Indonesia pada tahun 1950, mengacu pada pernyataan dari nomor Staatblad 378. Pada tanggal 17 Oktober 2000, sebagai bagian dari desentralisasi politik nasional, Banten dipisahkan dari Jawa Barat dan dibuat menjadi sebuah provinsi baru. Ada usulan baru untuk mengubah nama Provinsi Pasundan ("Provinsi Sunda") setelah nama historis untuk Jawa Barat.
Salah satu awal dikenal sejarah yang tercatat di Indonesia dari kerajaan Tarumanagara mantan, di mana tujuh batu abad keempat yang tertulis dalam huruf Wengi (digunakan pada periode Pallava India) dan dalam bahasa Sansekerta menggambarkan raja-raja dari Kerajaan Tarumanagara. Rekaman administrasi Tarumanegara ini berlangsung sampai abad keenam, yang bertepatan dengan serangan Sriwijaya, sebagaimana tercantum dalam Kota Kapur Prasasti (AD 686).
Kerajaan Sunda kemudian menjadi kekuatan penguasa daerah, sebagaimana dicatat di Kebon Kopi II prasasti (AD 932).
Sebuah Ulama, Sunan Gunung Jati, menetap di Banten Girang, dengan tujuan menyebarkan dunia Islam di kota pagan. Sementara itu, Kesultanan Demak di Jawa Tengah tumbuh ancaman langsung terhadap kerajaan Sunda. Untuk mempertahankan melawan ancaman, Prabu Surawisesa Jayaperkosa menandatangani perjanjian (dikenal sebagai Luso Sunda Treaty) dengan Portugis pada 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi suatu aksesi untuk membangun benteng-benteng dan gudang di daerah, serta perjanjian perdagangan dengan bentuk kerajaan. Ini perjanjian internasional pertama dari Jawa Barat dengan Eropa diperingati oleh penempatan monumen batu Padrao di tepi Sungai Ciliwung tahun 1522.
Meskipun perjanjian dengan Portugis telah ditetapkan, itu tidak bisa datang ke realisasi. Sunda Kalapa pelabuhan jatuh di bawah aliansi Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon (negara bawahan mantan Sunda kerajaan) pada tahun 1524, setelah pasukan mereka di bawah alias Paletehan Fadillah Khan telah menaklukkan kota. Pada 1524/1525, pasukan mereka di bawah Sunan Gunung Jati juga menyita pelabuhan Banten dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi dengan Kesultanan Demak. Perang antara Kerajaan Sunda dengan Demak dan Cirebon kesultanan kemudian dilanjutkan selama lima tahun sampai perjanjian perdamaian yang dibuat pada 1531 antara Raja Surawisesa dan Sunan Gunung Jati. Dari 1567-1579, di bawah Raja raja terakhir Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda menurun, pada dasarnya di bawah tekanan dari Kesultanan Banten. Setelah 1576, kerajaan tidak bisa mempertahankan ibukota di Pakuan Pajajaran (masa kini Bogor) dan secara bertahap Kesultanan Banten mengambil alih wilayah Sunda mantan kerajaan. Kesultanan Mataram dari Jawa Tengah juga menyita wilayah Priangan, bagian tenggara dari kerajaan.
Pada abad keenam belas, Belanda dan perusahaan perdagangan Inggris didirikan perdagangan mereka kapal di Jawa Barat setelah Falldown dari Kesultanan Banten. Selama tiga ratus tahun berikutnya, Jawa Barat jatuh di bawah pemerintahan Hindia Belanda '. Jawa Barat secara resmi dinyatakan sebagai provinsi Indonesia pada tahun 1950, mengacu pada pernyataan dari nomor Staatblad 378. Pada tanggal 17 Oktober 2000, sebagai bagian dari desentralisasi politik nasional, Banten dipisahkan dari Jawa Barat dan dibuat menjadi sebuah provinsi baru. Ada usulan baru untuk mengubah nama Provinsi Pasundan ("Provinsi Sunda") setelah nama historis untuk Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar